Dapatkan info terkini dari Instagram

Mulai dapatkan inspirasi dengan pengumuman, tips, dan kisah sukses di blog kami.

Inspirasi

24 Oktober 2017

Merangsang Kreativitas: Bagaimana Budaya Makanan Bergeser di Instagram

OLEH: Tim Instagram Business

San Francisco, CA

Ingatkah dulu, saat makan bersama di Selasa malam dengan daging yang dipanggang selama dua jam dalam baki, yang baru saja diangkat dari oven? ... Kami pun lupa. Itu karena jamuan makan sudah tak sama lagi seperti dulu: sekarang lebih gegas, dan perangkat seluler adalah alasannya.

Dengan membentuk cara orang menemukan, berbelanja, dan membagikan makanan baru, perangkat seluler telah sepenuhnya mengubah total cara dunia terhubung dengan makanan—terutama di Instagram. Apakah itu di toko pojokan, restoran favorit Anda, atau secara online, perangkat seluler digunakan di mana saja dan setiap tempat orang membeli makanan. Dan di Instagram, sebanyak 81% orang yang disurvei menganggap mereka sebagai pembelanja makanan dan 2X lebih mungkin berbelanja di smartphone mereka,1 interaksi yang berkembang ini menciptakan semakin banyak kesempatan bagi marketer makanan untuk tampil menonjol dan mendorong tindakan melalui perangkat seluler.

Agar lebih baik dalam memahami bagaimana perangkat seluler terus menginspirasi nampan dunia di Instagram, kami bekerja sama dengan grup wawasan internal kami, Facebook IQ untuk menelusuri peralihan kunci di makanan2 yang saat ini merangsang kreativitas di seluruh komunitas kami yang bersemangat di AS.

Mereduksi Makanan Utama

Saat orang memikirkan #makanan3 di luar kebiasaan lama dalam sarapan, makan siang, dan makan malam, kita melihat meningkatnya kesukaan mengudap (camilan) menggerus kebiasaan makan tradisional—menjadikan waktu makan lebih cepat dari sebelumnya. Didorong gaya hidup dan prioritas individu setiap orang, konsumen (di AS) 63% lebih mungkin mengudap menggantikan makanan utama, sementara 84% orang memilih mengudap di antara waktu makan utama.4 Bukan hanya kebiasaan mengudap orang yang berbeda, namun juga makna mengudap itu sendiri.

Dalam budaya saat ini yang sibuk dan di jalan, tidak mengejutkan kalau hampir 4 dari 10 konsumen di AS setuju bahwa apa pun dapat dianggap sebagai camilan.5 Dan saat orang membahas #camilan,6 mereka juga membahas makanan yang dapat dianggap bagian dari makanan utama, seperti salad, kentang goreng, dan sandwich.7

Dengan begitu banyak merek camilan yang beredar, kita perlu menemukan cara untuk menampilkan betapa lezat batang cokelat kita dan mendorong orang mencicipinya juga. Facebook Creative Shop membantu kami membuat materi iklan yang unik untuk menarik perhatian orang di Kabar Berita seluler yang berhasil meningkatkan brand awareness.
Elena Parlatore, Director of Digital Marketing, INIT Snacks
Memicu Hadirnya Perilaku Baru

Kemudahan mendorong pilihan makanan orang dan memotivasi mereka untuk berbelanja dan mempersiapkan makanan dalam cara baru. Ketimbang merencanakan hidup mereka seputar makanan, orang sekarang memprioritaskan aspek produk yang menghemat waktu saat mengintegrasikan makanan dalam hidup mereka. Belanja kebutuhan makanan sehari-hari secara online di AS hanyalah salah satu contoh tren yang berkembang ini. Antara 2014 hingga 2016, jumlah orang yang mengatakan membeli kebutuhan makanan sehari-hari secara online dan akan melakukannya lagi lebih dari dua kali lipat,8 sementara akun di Instagram 2,6X lebih mungkin membeli makanan kemasan secara online.9

Demikian pula, kebutuhan akan kemudahan dapat menjadi pendorong meningkatnya meal kit (layanan berlangganan seperti Blue Apron atau Plated) dan layanan pengantaran berbasis aplikasi. Dan riset terbaru menunjukkan bahwa rata-rata, untuk setiap tingkatan kemudahan yang ditambahkan ke perjalanan pembelian makanan, orang-orang mau membayar hingga 11% lebih mahal.10

Dari Mana Asal Makanan itu Penting

Untuk #foodies11 di Instagram, asal makanan mereka dan cerita di baliknya sama pentingnya dengan caranya difoto dan cita rasanya. Makin banyak orang menginginkan makanan mereka utuh kandungan gizinya dan autentik dalam hal akar budayanya. Dari pengaruh regional hingga asalnya di alam, tukang makan yang peduli terus membentuk pilihan makanan dan perilaku orang di seluruh dunia—terutama seputar bahan pangan yang khusus, seperti rempah, bahan pengembang, dan cita rasa internasional.

Matcha, teh hijau bubuk khusus dari Jepang merupakan salah satu contoh bahan pangan khusus di pasar yang sedang tren. Paling populer di kalangan generasi muda di AS, terutama wanita usia 21+,12 matcha telah banyak dibicarakan di Instagram karena kualitasnya yang bermanfaat dan khasiatnya bagi kesehatan serta penampilan visualnya. Cha Cha Matcha (@chachamatcha), kedai teh di New York City, memanfaatkan estetika matcha yang sedang tren dalam menu minumannya serta melalui kabar berita Instagramnya.

Apakah itu memamerkan toko, produk baru, atau bahkan berbagi fakta seru tentang merek kami, Instagram telah membantu bisnis kami dalam berbagai cara. Sungguh, hanya ini platform media sosial yang kami gunakan. Dengan ini, kami dapat berinteraksi dengan pelanggan kami setiap hari dan memberi mereka suasana di balik layar tentang pekerjaan kami.
Matthew Morton, Co-Founder, Cha Cha Matcha
Tempat bagi Makanan, Kreativitas, dan Dampak

Karena perangkat seluler terus membentuk ulang dunia di sekitar kita, penting bagi marketer makanan untuk memahami dampak dan cara Instagram dapat membantu menghubungkan mereka dengan pelanggan mereka. Apakah melalui cerita, kabar berita, atau alat kreatif lainnya, platform kami mengubah cara orang menemukan, berbelanja, dan membagikan makanan baru di perangkat seluler.

Untuk mempelajari selengkapnya tentang dampak perangkat seluler pada cita rasa dan perilaku orang saat berkaitan dengan makanan, buka Facebook IQ untuk artikel lengkapnya. Dan untuk melihat bagaimana merek makanan lainnya seperti Teddy dan DiGiorno meraup sukses di Instagram, periksa cerita mereka di sini.

OLEH: Tim Instagram Business

San Francisco, CA